Perkembangan islam
periode madinah
A. Sejarah Da’wah
Rasulullah Priode Madinah
Dakwah Rasulullah yang dilakukan si Mekkah baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan berlangsung selama 13 tahun. Rintangan
makin lama makin bertambah karena itu Allah Menyediakan Tempat yang subur untuk
da’wah yaitu Madinah. Disinilah membangun umat untuk dijadikan duta keseluruh
pelosok dunia
Beberapa Peristiwa Penting tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW ke
Madinah
Pertama: Tersebarnya berita tentang masuk Islamnya sekelompok
penduduk Yatsrib (Madinah), membuat orang-orang kafir Quraisy semakin
meningkatkan tekanan terhadap orang-orang Mukmin di Makkah. Lalu Nabi saw.
memerintahkan kaum Mukminin agar hijrah ke kota Madinah. Para sahabat segera
berangkat menuju Madinah secara diam-diam, agar tidak dihadang oleh musuh.
Namun Umar bin Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk
berangkat ke pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Ia berseru, “Siapa di
antara kalian yang bersedia berpisah dengan ibunya, silakan hadang aku besok di
lembah anu, besuk pagi saya akan hijrah.” Tidak seorang pun berani menghadang
Umar.
Kedua: Setelah mengetahui kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah itu
disambut baik dan mendapat penghormatan yang memuaskan dari penduduk Yastrib,
bermusyawarahlah kaum kafir Quraisy di Darun Nadwah. Mereka merumuskan cara
yang diambil untuk membunuh Rasululah saw. yang diketahui belum berangkat
bersama rombongan para sahabat. Rapat memutuskan untuk mengumpulkan seorang
algojo dari setiap kabilah guna membunuh Nabi saw. bersama-sama.
Pertimbangannya ialah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak akan berani
berperang melawan semua suku yang telah mengu¬tus algojonya masing-masing.
Kelak satu-satunya pilihan yang mungkin ambil oleh Bani Manaf ialah rela
menerima diat (denda pembunuhan) atas terbunuhnya Nabi. Keputusan bersama ini
segera dilaksanakan dan para algojo telah berkumpul di sekeliling rumah Nabi
saw. Mereka mendapat instruksi: “Keluarkan Muhammad dari rumahnya dan langsung
pengal tengkuknya dengan pedangmu!”
Ketiga: Pada malam pengepungan itu Nabi saw. tidak tidur. Kepada
keponakannya, Ali r.a., beliau memerintahkan dua hal: pertama, agar tidur
(berbaring) di tempat tidur Nabi dan, kedua, menyerahkan kembali semua harta
titipan penduduk Makkah yang ada di tangan Rasulullah saw. kepada para
pemiliknya.
Nabi keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh satu orang pun dari
para algojo yang mengepung rumahnya sejak senja hari. Nabi saw. pergi menuju
rumah Abu Bakar yang sudah menyiapkan dua tunggangan (kendaraan) lalu segera
berangkat. Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith Ad-Daily untuk menunjukkan
jalan yang tidak biasa menuju Madinah.
Keempat: Rasulullah dan Abu Bakar berangkat pada hari Kamis tanggal 1
Rabi’ul Awwal tahun kelima puluh tiga dari kelahiran Nabi saw. Hanya Ali dan
keluarga Abu Bakar saja yang tahu keberangkatan Nabi saw. dan Abu Bakar malam
itu menuju Yatsib. Sebelumnya dua anak Abu Bakar, Aisyah dan Asma, telah
menyiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan itu. Kemudian Nabi saw. ditemani
Abu Bakar berangkat bersama penunjuk jalan menelusuri jalan Madinah-Yaman
hingga sampai di Gua Tsur. Nabi dan Abu Bakar berhenti di situ dan penunjuk
jalan disuruh kembali secepatniya guna menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar
kepada putranya, Abdullah.
Tiga malam lamanya Nabi saw. dan Abu Bakar bersembunyi di gua itu.
Setiap malam mereka ditemani oleh Abdullah bin Abu Bakar yang bertindak sebagai
pengamat situasi dan pemberi informasi.
Kelima: Lolosnya Nabi saw. dari kepungan yang ketat itu membuat
kalangan Quraisy hiruk pikuk mencari. Jalan Makkah-Madinah dilacak. Tetapi
mereka gagal menemukan Nabi saw. Kemudian mereka menelusuri jalan
Yaman-Madinah. Mereka menduga Nabi pasti bersembunyi di Gua Tsur. Setibanya tim
pelacak itu di sana, alangkah bingungnya mereka ketika melihat mulut gua itu
tertutup jaring laba-laba dan sarang bunung. Itu pertanda tidak ada orang yang
masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak dapat melihat apa yang ada dalam gua,
tetapi orang yang di dalamnya dapat melihat jelas rombongan yang berada di
luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa sangat khawatir akan keselamatan Nabi. Nabi
berkata kepadanya, “Hai Abu Bakar, kita ini berdua dan Allah-lah yang
ketiganya.”
Keenam: Kalangan kafir Quraisy mengumumkan kepada seluruh kabilah,
“Siapa saja yang dapat menyerah¬kant Muhammad dan kawannya (Abu Bakar) kepada
kami hidup atau mati, maka kepadanya akan diberikan hadiah yang bernilai
besar.” Bangkitlah Suraqah bin Ja’syam mencari dan mengejar Nabi dengan harapan
akan menjadi hartawan dalam waktu singkat. Sungguhpun jarak antara Gua Tsur
dengan rombongan Nabi sudah begitu jauh, namun Suraqah ternyata dapat
menyusulnya. Tatkala sudah begitu dekat, tiba-tiba tersungkurlah kuda yang
ditunggangi Suraqah, sementara pedang yang telah diayunkan ke arah Nabi tetap
terhunus di tangannya. Tiga kali ia mengibaskan pedangnya ke arah tubuh Nabi,
tetapi pada detik-detik itu pula kudanya tiga kali tersungkur sehingga tak
terlaksanalah maksud jahatnya. Kemudian ia menyarungkan pedangnya dalam keadaan
diliputi perasaan kagum dan yakin, dia benar-benar berhadapan dengan seorang
Nabi yang menjadi Rasul Allah. Ia mohon kepada Nabi agar berkenan menolong
mengangkat kudanya yang tak dapat bangun karena kakinya terperosok ke dalam pasir.
Setelah ditolong oleh Nabi, ia meminta agar Nabi berjanji akan memberinya
hadiah berupa gelang kebesaran raja-raja. Nabi menjawab, “Baiklah.” Kemudian
kembalilah Suraqah ke Makkah dengan berpura-pura tak menemukan seseorang dan
tak pernah mengalami kejadian apa pun.
Ketujuh: Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12
Rabi’ul Awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nantikan masyarakat Madinah. Pagi
hari mereka berkerumun di jalanan, setelah tengah hari barulah mereka bubar.
Begitulah penantian mereka beberapa hari sebelum kedatangan Nabi. Pada hari
kedatangan Nabi dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu berjubel di
jalan yang akan dilalui Nabi lengkap dengan regu genderang. Mereka
mengelu-elukan Nabi dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja
digubah untuk keperluan penyambutan itu: “Bulan purnama telah muncul di
tengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur, atas
ajakannya kepada Allah. Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa
sesuatu yang ditaati.”
Kedelapan: Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasu¬lullah singgah di
Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madmnah. Di sana Beliau
membangun sebuah Masjid dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam.
Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya meneruskan
perjalanan ke Madinah. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’ dan tiba di
perkampungan Bani Salim bin Auf persis pada waktu shalat Jum’at. Lalu shalatlah
beliau di sana. Inilah Jum’at pertama dalam Islam, dan karena itu khutbahnya
pun merupakan khutbah yang petama. Kemudian Nabi berangkat meninggalkan Bani
Salim. Program pertama beliau sesampainya di Madinah ialah menentukan tempat di
mana akan dibangun Masjid. Tempat itu ialah tempat di mana untanya berhenti
setibanya di Madinah. Ternyata tanah yang dimaksud milik dua orang anak yatim.
Untuk itu Nabi minta supaya keduanya sudi menjual tanah miliknya, namun mereka
lebih suka menghadiahkannya. Tetapi beliau tetap ingin membayar harga tanah itu
sebesar sepuluh dinar. Dengan senang hati Abu Bakar menyerahkan uang kepada
mereka berdua. Pembangunan Masjid segera dimulai dan seluruh kaum Muslimin ikut
ambil bagman, sehingga berdiri sebuah Masjid berdinding bata, berkayu batang
korma dan beratap daun korma.
Kesembilan: Kemudian Nabi
mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Setiap orang
Anshar mengakui orang Muhajirin sebagai saudara¬nya sendiri, mempersilakannya
tinggal di rumah¬nya dan memanfaatkan segala fasilitasnya yang ada di rumah
bersangkutan
Kesepuluh: Selanjutnya Nabi saw. merumuskan piagam yang berlaku bagi
seluruh kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi. Piagam inilah yang oleh Ibnu
Hisyam disebut sebagai undang-undang dasar negara dan pemerintahan Islam yang
pertama. Isinya mencakup tentang perikemanusiaan, keadilan sosial, toleransi
beragama, gotong royong untuk kebaikan masyarakat, dan lain-lain. Saripatinya
adalah sebagai berikut:
- Kesatuan
umat Islam, tanpa mengenal perbedaan.
- Persamaan
hak dan kewajiban.
- Gotong
royong dalam segala hal yang tidak termasuk kezaliman, dosa, dan
permusuhan.
- Kompak
dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang memusuhi umat.
- Membangun
suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya, selurusnya dan
sekokoh-kokohnya.
- Melawan
orang-orang yang memusuhi negara dan membangkang, tanpa boleh memberikan
bantuan kepada mereka.
- Melindungi
setiap orang yang ingin hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dan tidak
boleh berbuat zalim atau aniaya terhadapnya.
- Umat
yang di luar Islam bebas melaksanakan agamanya. Mereka tidak boleh dipaksa
masuk Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
- Umat
yang di luar Islam harus ambil bagian dalam membiayai negara, sebagaimana
umat Islam sendiri.
- Umat
non Muslim harus membantu dan ikut memikul biaya negara dalam keadaan
terancam.
- Umat
yang di luar Islam, harus saling membantu dengan umat Islam dalam
melindungi negara dan ancaman musuh.
- Negara
melindungi semua warga negara, baik yang Muslim maupun bukan Muslim.
- Umat
Islam dan bukan Islam tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang
yang membantu musuh negara itu.
- Apabila
suatu perdamaian akan membawa kebaikan bagi masyarakat, maka semua warga
negara baik Muslim maupun bukan Muslim, harus rela menerima perdamaian.
- Seorang
warga negara tidak dapat dihukum karena kesalahan orang lain. Hukuman yang
mengenai seseorang yang dimaksud, hanya boleh dikenakan kepada diri pelaku
sendiri dan keluarganya.
- Warga
negara bebas keluar masuk wilayah negara sejauh tidak merugikan negara.
- Setiap
warga negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat salah atau berbuat
zalim.
- Ikatan
sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip tolong-menolong untuk
kebaikan dan ketakwaan, tidak atas dosa dan permusuhan.
Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan
spiritual yang meliputi keimanan seluruh anggota masyarakat kepada Allah,
keimanan akan pengawasan dan penlindungan-Nya bagi orang yang baik dan
konsekuen, dan Kekuatan material yaitu kepemimpinan negara yang tercerminkan
oleh Nabi Muhammad saw
B. Keteladanan Rasul dalam membina umat di Madinah
Setelah sampai di Madinah beliau mulai membangun umat dengan
keteladanan, langkah awal ialah :
1. Mempersaudaraan kaum muhajirin dan Anshor.
Dalam rangka memperkokoh daulah Islam di Madinah, Nabi Muhammad
saw mempersaudarakan kaum muslimin yang satu dengan yang lainnya. Di samping
maksud di atas. Juga dimaksudkan untuk menambah teguhnya persatuan umat Islam
dan akrabnya hubungan Muhajirin dan Anshor. Yang dipersaudaraan oleh diberi
contoh oleh Rasul dengan mengangkat tangan Ali bin Thalib dan menyatakan ”Ini
saudaraku” setelah itu diikuti oleh masing- masing mereka memilih saudara
angkatnya sendiri, sebagai berikut :
No
|
Muhajirin
|
Anshor
|
1
|
Abu
Bakar
|
Khrijah
bin Zuhair
|
2
|
Umar
bin Khatttab
|
Itban
bin Malik
|
3
|
Bilal
bin Rabah
|
Abu
Ruwaihah
|
4
|
Amir
bin Abdillah
|
Sa’ad
bin Muadz
|
5
|
Abdul
Rahman bin Auf
|
Sa’ad
bin Rabi’
|
6
|
Zubair
bin Awwam
|
Salamah
bin Salamah
|
7
|
Usman
bin Affan
|
Aus
bin Tsabit
|
8
|
Thalhah
bin Ubaidillah
|
Ka’ab
bin Malik
|
9
|
Abu
Huzaifah bin Utbah
|
Ubbah
bin Bisyr
|
10
|
Ammar
bin Yasir
|
Huzaifah
bin Al Yaman
|
2. Keperwiraan Rasulullah dalam memimpin perang
a. Perang Badar.
Keperwiraan berasal dafri kata ”perwira” artinya gagah berani. Keperwiraan
berarti keberanian. Rasulullah dalam beberapa perang yang diikutinya,
memeperlihatkan bahwa Rasulullah sebagai komandan perang yang gagah berani.
Banyak contoh keperwiraan Rasulullah dalam peperangan melawan orang-orang kafir
Quresy, seperti dalam perang Badar, Uhud dan Khandaq.
Perang Badar terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijarah
bertepatan 8 Januari 623 Masehi. Perang ini terjadi didekat sebuat sumur milik
Badar, terletak antara Mekkah dan Madinah. Kaum muslimin berjumlah 314 orang
sedangkan kafir Quresy 1000 orang yang lengkap dengan peralatannya. Sedangkan
kaum muslimin dengan senjata seadanya.
Strategi Rasulullah dalam perang Badar, dengan menguasai
penampungan air, hal itu sangat dibutuhkan kedua belah pihak. Sewaktu kedua
pasukan saling berhadapan, maka tiba-tiba seorang kafir Quresy bernama Aswad
bin As’ad . Ia Ingin menghancurkan kolam penampungan air yang dimiliki kaum
muslimin tetapi hal ini dapat digagalkan oleh Hamzah bin Abdul Muthalib dan
Aswad pun tewas dipukul dengan pedang.
Peperangan dimulai dengan perang tanding satu lawan satu dari
pihak Quresy diwakili 3 orang yaitu : Utbah, Syaibah bin Rabiah dan Al Walid
Utbah. Dari kaum Muslimin diwakili Ubaidah bin Harits, Ali bin Abi Thalib dan
Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketiga pahlawan Quresy ini mati terbunuh.
Dilanjutkan dengan perang masal,dengan iman yang kuat Kaum Muslimin dapat
memenangkan peperangan ini dengan pertolongan Allah.
b. Perang uhud.
Perang Uhud terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban tahu ke tiga
Hijrah bertepatan dengan bulan Januari tahun 625 Masehi. Peperangan terjadi di
gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Oleh karena itu peperangan ini dinamai
Perang Uhud. Perang ini terjadi karena kaum Quresy ingin membalas kekalahan di
Perang Badar sebelumnya.
Kaum muslimin berkuatan 700 orang sedangakan kaum kafir Quresy
berkuatan 3000 orang. Dalam peperangan ini umat Islam dipimpin oleh Nabi
Muhammad saw sedangan kaum Quresy dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, yang
didampingi isterinya Hindun penyair yang mempunyai suara yang bagus untuk
memberi semangat dan menghibur pasukannya. Peperangan dimulai dengan perang
tanding satu lawan satu dari kaum Muslimin diwakili oleh Ali bin Abi Thalib,
Hamzah bin Abdul Muthalib, Sa,ad bin Abi Waqas dan Ashim bin Tsabit. Orang
Quresy diwakili oleh Musafi bin Thalhah, Harits bin Thalhah, Kilab bin Thalhah
dan Jallas bin Thalhah. Dalam perang tanding ini semua pahlawan Quresy mati
terbunuh, setelah itu baru dilanjutkan dengan perang massal.
Pada mulanya kaum muslimin sudah menang dan kaum kafir
meninggalkan hartanya, disebabkan kaum muslimin khususnya pasukan pemanah turun
dari tempatnya untuk berbagi harta rampasan, pos kaum muslimin kosong, saat itu
Khalid bin Walid pasukan kuda kaum Quresy mendapat kesempatan menerobos kaum
muslimin kaum muslimin kucar kacir. Akhirnya kemenangan sudah ditangan
sebelumnya sekarang menjadi sirna disebabkan oleh godaan dunia yaitu harta
rampasan perang, kemenangan berpindah tangan kepada Kaum Kafir Quresy.
Sebab kekalahan perang ini ialah:
1). Tentara panah yang berjumlah 50 orang taat kepada Rasulullah.
2). Adanya kaum munafiq sebanyak 300 orang yang dipimpin oleh
Abdullah bin Ubay yang mundur tidak mau
berperang.
3) Terjadinya perbedaan pendapat antara kaum tua dan muda tentang
tempat peperangan yang muda ingin di luar kota, sedangkan kaum tua ingin
bertahan dalam kota Madinah.
c. Perang Khandaq.
Perang Khandaq atau Ahzah terjadi pada bulan syawal tahun 5
Hijrah, bertepatan dengan bulan Maret tahun 627 Masehi. Perang ini sebelah
utara kota Madinah. Perang ini disebut khandaq (parit) karena kaum muslimin
membuat parit pertahanan. Disebut ”perang ahzab” karena kaum Quresy bersekutu
dengan penduduk lain yang berada sekitar kota Mekkah. Kaum muslimin berkekuatan
sebanyak 3000 orang sedangakan kaum Quresy berkekutan 10000 orang .
Kaum muslimin dipinpin oleh Nabi Muhammad saw didampingi Ali bin
Abi Tahalib, sedangkan kaum Quresy dipimpin oleh Abu Sufyan. Peperangan ini
dimenangkan oleh kaum muslimin dengan cara bertahan di balik parit ayau
khandaq. Parit ini merupakan ide seorang sahabat Rasul yang bernama Salman Al
Farisi seorang sahabat yang berasal dari Bangsawan Persia yang mengembara
mencari kebenaran.
3. Wafat Rasulullah
Menjelang wafat Rasulullah sewaktu sakitnya makin parah,
Rasulullah meminta kepada Isteri-isterinya yang lain untuk dirawat di rumah
Siti Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq, Yang memimpin sholat Jamaah pada saat
itu Abu Bakar Ash Shiddiq, Keadaan itu membuat kaum muslimin cemas dan
khawatir, kalau-kalau Nabi wafat. Sewaktu Nabi mengetahui kecemasan kaum
muslimin beliau ingin menjumpai mereka. Dengan dipapah oleh Ali bin Abi Thalib
Nabi bersabda:” Wahai manusia! Saya mendengar bahwa kamu sekalian merasa cemas
kalau-kalau Nabimu meninggal dunia, pernahkah ada seorang Nabi yang hidup
selamanya? Kalau ada, maka aku akan dapat pula hidup selamanya! Saya akan
menemui Allah dan kamu akan menyusulku.
Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke 11 Hijrah,
bertepatan dengan 8 Juni 632 Masehi, setelah mengalami sakit selama 13 hari
dalam usia 63 tahun menurut perhitungan tahunHijrah. Beliau Meninggal di Rumah
Siti Aisyah binti Abu Bakar dan di kuburkan disana, Diantara orang yang ikut
memandikan beliau ialah : Abbas bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, Fadhal
bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran.
Reaksi sahabat ketika Rasulullah wafat, banyak diantara sahabat
dan kaum muslimin yang tidak percaya bahwa Rasulullah wafat, Umar bin Khattab
sangat marah sekali mendengar kabar wafatnya Rasulullah, seraya berkata: ”
Ada orang yang telah menyatakan Rasulullah wafat! Sesungguhnya, demi Allah,
beliau tidak wafat, hanya pergi mengahadap Tuhannya, sebagaimana Nabi Musa pun
pernah pergi menghadap Tuhan. Demi Allah, Rasulullah akan kembali.” Tetapi
setelah Abu Bakar membenarkan berita kewafatan Rasulullah itu, disertai
membacakan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 144:
Artinya:”Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur” ( Ali Imran:144)
Beliau meninggalkan dua pusaka dua pusaka ini tidak akan lekang oleh
panas dan tidak akan lapuk hujan itulah Al-Qur’an dan Hadits dari Nabi Muhammad
saw.
Komentar
Posting Komentar